People come and go. Setiap orang akan datang dan pergi dengan caranya masing-masing. Mungkin saja, itu salah satu hal yang kadang kita lupakan, bisa saja karena tidak saling kenal, atau bisa jadi karena terbiasa bersama.
Seseorang hadir di dalam kehidupan orang lain adalah hal yang wajar. Wajar sekali, dan setiap orang akan berusaha untuk mempertahankannya. Sayangnya, disaat lengah, seseorang bisa pergi tanpa kita sadari.
Lengah bukan berarti kita payah. Terkadang lengah sengaja Tuhan ciptakan agar kita tidak menyaksikan betul sakitnya kepergian itu. Menurutku, lengah itu sebagian dari takdir, yang mana meskipun selalu diwaspadai, tetap saja akan terjadi.
Seperti saat ini, kamu lengah dengan tujuanmu dan terbujuk ambisimu. Apakah ambisimu itu baik? Ya, aku yakin itu bertujuan baik. Namun apakah ambisimu membuat kita bahagia? Atau setidaknya, apakah itu membuatmu bahagia? Lagi-lagi, hanya kamu yang tahu jawabannya. Sebab aku saat ini hanya bagaikan penonton di depan panggung yang sedang kau lakoni. Bisa melihat, namun tak bisa menginterupsi. Sekalipun aku menginterupsi, apa pedulimu? Kaulah peran utamanya, dan kau berhak dengan apa yang ingin kau lakukan. Lalu, bagaimana denganku?
Ya, selayaknya selebriti, kamu merasa peranmu ini sangat penting, dan semua orang akan menyukainya. Tapi, lagi-lagi, itu hanya anggapanmu. Seorang selebriti terkenalpun pasti memiliki penonton yang tidak menyukainya. Mungkin saja, itu aku. Sayangnya, sekarang aku seperti penonton bayaran. Yang akan selalu tersenyum dan memberikan pujian serta tepuk tangan dari peran yang kamu mainkan, iya, peran yang sedang aku tonton. Aku akan terus terlihat puas dengan sandiwaramu selama aku menjadi penonton bayaran. Dan kau terus saja berusaha berakting semaksimal mungkin demi menyenangkan para penontonmu. Padahal, jiwamu bukan di situ.
Aku, ingin sekali menjadi hatersmu. Mengapa? Sebab aku bisa bebas mengkritikmu. Tapi apa aku bisa? Tentu tidak, banyak orang yang akan mencibirku. Penggemarmu, rekanmu, rekanku mungkin, bahkan juga keluargamu. Ya, keluargamu, sebab aku pun berperan sebagai salah satu dari keluargamu.
Aku mengenalmu, tapi kamu sedang tak mengenalku. Ya, mungkin karena peranku saat ini hanya sebagai penonton saja. Jadi, apa yang harus aku lakukan? Membiarkanmu terpuruk dalam peran yang tak ingin kau mainkan, atau menjadi pembencimu yang siap mengkritikmu kapan saja?
Eitsss tunggu dulu! Apakah benar kamu mengenalku? Atau apakah benar aku mengenalmu? Atau mungkin kita harus berkenalan lagi?
[Podcast] Apakah Kita Saling Kenal?
#sajakasal di Maret 2021
nyimak..
Terima kasih 🙂