Banyak berinteraksi dengan masyarakat membuatku semakin banyak belajar. Egois, sering ngambek dan tak mau mengalah, sudah biasa ku lakukan sebelumnya. Maklum saja, aku adalah anak, cucu, bahkan cicit pertama, dan satu-satunya anak kecil berjenis kelamin perempuan. Jadi sudah terbayang bukan bagaimana dimanjanya aku oleh orang-orang di sekitarku.
Kini aku semakin dewasa dan berinteraksi dengan masyarakat. Disinilah aku mulai belajar mengenal sifat-sifat seseorang. Sedikit demi sedikit keegoisanku memudar. Kini aku lebih sering tersenyum melihat tingkah laku dan pola pikir setiap orang yang ku temui. Mereka membuatku semakin menyadari bahwa banyak sekali sifat seseorang yang harus kita ketahui. Mungkin ini lah yang dinamakan proses pendewasaan diri. Tapi apakah ini hanya terjadi padaku? tentu tidak. Setiap orang pasti mengalaminya. Permasalahannya adalah, kapan proses tersebut terjadi dan bagaimana tanggapan serta pemikiran orang tersebut mengenai proses yang akan datang itu.
Terkadang, aku harus menjadi seseorang yang pendiam. Namun kadang aku pun harus menjadi orang yang bawel dan banyak bertanya. Terkadang aku harus memberikan beberapa nasihat. Tapi terkadang pula aku harus mendengarkan banyak nasihat dari orang lain. Bahkan terkadang aku harus menjadi seseorang yang tak perduli, meskipun aku harus menjadi orang yang perduli. Namun yang harus diingat, ini bukanlah sebuah adegan bermuka dua atau mencari image yang positif. Ini adalah soal menempatkan diri.
Pengalamanku ini memang belum seberapa, namun aku bersyukur dapat menikmati setiap kejadian yang aku alami. Jika dapat disimpulkan, setiap orang memiliki keinginan. Tinggal bagaimana caranya orang tersebut mewujudkan keinginannya untuk diakui.
sama mbak.. makin kita bergaul dgn berbagai teman kita makin mengenal karakter aku jd netral, kdg diem kdg rame 🙂
Iya mba Lialathifa bener banget tuh, jadi lebih mengontrol waktu berbicara ya mbak..