Masihkah Ingin Pelihara Hewan Buas?

Kecintaan seseorang kepada binatang, kadang menjadi buah simalakama. Misalnya saja kucing, naluri hewannya, pasti mengajak hewan tersebut untuk berjalan-jalan di sekitar rumah, dan menandai tempat kekuasaannya dengan mengeluarkan air seni atau kotorannya. Bagaimana jika itu terjadi di rumah tetangga Anda? Bisa saja menjadi pemicu perdebatan. Contoh lainnya misalnya pada Anjing, gonggongannya mungkin saja mengganggu tetangga sebelah. Misal juga pada ayam, mungkin bau kotorannya akan menyebar, atau justru kotorannya yang menghinggap di rumah tetangga Anda. Hemmmm tentu saja akan menimbulkan perselisihan. Apalagi jika yang dipelihara adalah hewan buas.

Kadang ada kepuasan tersendiri pada diri seseorang untuk memelihara hewan yang terlihat menyeramkan. Macan, harimau, srigala, ular, atau buaya, dan masih banyak hewan buas lainnya yang berbahaya namun menjadi favorit untuk dipelihara.  Untuk menjaga ekosistemnya, pemerintah telah membuat sebuah peraturan pada Undang-Undang RI Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistem Pasal 21 ayat 1 , di mana memelihara satwa liar yang dilindungi dapat dikenakan ancaman penjara paling lama 5 tahun dan denda Rp 100.000.000,- lho. 

Bicara hewan buas, harimau misalnya,  dengan memeliharanya di rumah, mungkin saja dapat membantu pemerintah dalam melestarikan populasinya. Hal ini pernah dibuktikan pada burung Jalak Bali, yang semula populasinya hanya sedikit, dan dibukalah peluang untuk membuat konservasi pribadi, kini populasinya sudah semakin banyak. Mungkin saja hal ini akan terbukti juga pada konservasi pribadi harimau bukan? 

Namun untuk memelihara hewan nokturnal tersebut memang membutuhkan modal yang besar. Selain ukuran kandang yang minimal 10 x 6 x 5 (p x l x t) meter, Anda juga harus menyediakan daging sekitar 5 hingga 6 kilo perhari untuk 1 ekor. Hemm lumayan juga kan biaya makanannya?  Belum lagi soal sisi keamanan Anda dan keluarga. Tangannya yang sangat besar dan tenaganya yang kuat, ditambah lagi dengar cakarnya yang kokoh, pasti akan membuat Anda kewalahan memeliharanya. Ditambah aungannya yang dapat membuat tamu di rumah Anda menjadi kaget. Namun yang harus benar-benar diperhatikan adalah masalah psikologi si harimau itu sendiri.

Bayangkan saja, hewan yang aktif di hutan itu hanya Anda berikan kandang dengan ukuran yang kecil, sudah pasti dia akan stress.  Bandingkan, 1 ekor kucing saja akan mengelilingi rumah Anda berkali-kali dan lari kesana-kesini agar dia selalu merasa senang dan nyaman. Bagaimana dengan harimau? Apakah Anda mampu mengajaknya berkeliling sekitar rumah setiap harinya dan mengajaknya bermain agar dia tetap segar dan tidak merasa suntuk? 

Jika Anda tetap ingin mengadopsi  hewan buas, katakanlah harimau, sebaiknya konsultasikan dengan ahlinya terlebih dahulu. Jika Anda sanggup dan diperbolehkan, janganlah egois ketika Anda harus mengembalikannya ke penangkaran untuk dilepaskan kembali ke hutan saat hewan tersebut sudah dewasa. Juga janganlah egois ketika hewan tersebut hamil dan anak-anaknya kelak akan diminta juga untuk dilepaskan ke alam.  Anda boleh saja menyukai hal-hal yang ekstim, termasuk dalam hal merawat binatang, namun jangan lupa perhatikan aspek keamanan, keselamatan, dan kenyamanan lingkungan Anda, dan perhatikan juga soal psikologi dan insting hewan tersebut ya!

Iklan