Di liburan kemarin, beberapa titik perjalanan sungguh macet. Hasil bertanya dari beberapa teman, rata-rata waktu tempuh perjalanan berlipat-lipat. Bayangkan saja, waktu tempuh dari Jakarta ke Bandung, hingga 8,5 jam. Perjalanan dari Jakarta ke Purwokerto hingga 20 jam. Bahkan perjalanan dari Jakarta ke Yogyakarta hingga 28 jam. Padahal pada bukan hari liburan, jarak tempuh ke Bandung kurang lebih hanya 3 jam, jarak tempuh ke Purwokerto kurang lebih 8 jam, dan jarak tempuh ke Yogyakarta kurang lebih 10 jam.
Waktu liburan aku manfaatkan untuk mampir ke kota tercinta Daerah Istimewa Yogyakarta. Bukan kota kelahiranku sih, tapi entah kenapa aku sangat mencintai kota ini. Mungkin karena kultur budayanya yang menarik dan banyaknya tempat wisata alam disana. Persinggahan ini tentu aku manfaatkan untuk jalan-jalan, dan kali ini tujuannya adalah Wisata Alam Goa Pindul. Goa Pindul sendiri adalah tempat wisata air yang dipenuhi bebatuan. Disekitar goa dihiasi dengan batu-batu stalagmit dan stalagtit. Batu-batu ini menempel di dinding goa. Masih ada yang aktif, namun ada pula yang sudah tidak aktif. Perjalanan dimulai dengan memasuki mulut goa. Goa pun terbagi menjadi 3 wilayah, wilayah remang-remang, gelap, dan gelap abadi, kalau tidak salah ingat.
Ada 4 batu yang menarik selama perjalanan. Pertama, ada batu keperkasaan. Konon katanya laki-laki yang dapat menyentuh batu ini, maka akan menjadi perkasa. Kedua, ada batu kecantikan. Konon katanya perempuan yang mampu menyentuh batu ini, akan menjadi cantik. Ketiga, ada batu gong. Batu ini tak memiliki khasiat bagi laki-laki dan perempuan seperti dua batu sebelumnya. Namun batu gong mampu mengeluarkan suara seperti dengungan gong. Kemudian yang keempat, adalah batu kristal. Batu ini berwarna putih bersih dan dihiasi aliran air. Aliran air ini menandakan bahwa batu masih dalam keadaan aktif. Wahh sungguh luar biasa pemandangan batu-batu ini. Sayangnya, aku tak bisa mendokumentasikannya karena pengaruh cahaya di dalamnya.
Di dalam gua pun terdapat sarang kelelawar. Ada jenis kelelawar pemakan buah, dan ada juga pemakan serangga. Perbedaan ini dapat dilihat dari ukuran si kelelawar. Ukuran kelelawar yang besar adalah pemakan serangga. Ternyata kelelawar tak hanya melakukan satu kegiatan di satu tempat. Ada pula ruangan khusus untuk bereproduksi, bahkan untuk buang air kecil. Wahhh kelelawar ternyata punya toilet khusus. Toilet kelelawar dapat ditemukan dengan ciri-ciri bercak kekuningan pada dinding goa.
Sebelum pintu keluar, ada lubang di atas goa. Lubang inilah yang banyak digunakan oleh wisatawan untuk berfoto. Karena pada wilayah inilah satu-satunya sumber cahaya. Cahaya yang berasal dari lubang di atas goa memberikan efek warna yang sangat indah. Sayangnya, saat aku kesana adalah pada musim hujan, alhasil warna air tak sehijau biasanya, bahkan cenderung kecoklatan.
Perjalanan belum berakhir sampai disini. Wisata Alam Goa Pindul pun menyediakan satu tempat lagi untuk dikunjungi, yaitu sungai Oyak. Di sungai ini, pengunjung dapat menikmati fasilitas rafting dengan derasnya arus sungai. Lagi-lagi sayang, air sungai tak seindah biasanya. Bahkan volumenya pun bertambah. Jadi di sungai Oyak ini ada sebuah jembatan dan tebing setinggi 12 meter. Biasanya tebing ini digunakan untuk melompat dan didokumentasikan. Sialnya tebing itu tertutup oleh air sungai, sehingga aku pun enggan melompat dari sana. Salah satu dari rombonganku pun menabrak tebing yang tinggi itu dan terbalik hingga terlepas dari ban rafting. Sebenarnya, kekasihku, berniat untuk menghalangi aku menabrak tebing. Dia menarik tali ban yang aku gunakan, dan sebagai gantinya ban yang dia tumpangi lah yang menghampiri tebing. Karena ada batu yang menjorok ke depan, dia menundukkan kepala agar tak kepentok. Alhasil tubuhnya terjatuh dari ban. Untung saja kami semua menggunakan pelampung. Perjalanan arus sungai masih jauh, namun dengan alasan keselamatan, perjalanan ini pun dihentikan. Alam menyatakan bahwa arus sungai akan semakin deras. Sehingga kami pun tak ingin ambil resiko yang lebih besar.
Cukup ekstrim perjalanan kali ini. Melawan derasnya arus sungai dan tingginya volume air. Tapi perjalanan kali ini sungguh berkesan. Lagi-lagi aku membuktikan kesungguhan kekasihku dalam menjagaku. Aku yakin sekali hal yang dia lakukan tidaklah dibuat-buat. Atas kejadian terbalik saat rafting pun tak membuatku kapok. Lain kali aku akan datang kesini lagi saat kondisi air sudah stabil dan pemandangannya hijau indah seperti biasanya.
Aduh saya ingin menyentuh batu keperkasaan icha, wkwkwkw dan Iya itu sayang ya icha yang ada lobang di atas goa,. sayang datangnya pas musim hujan, hehehehehe,,, 🙂
Hehehe kalo gitu silahkan mampir ke goa pindul, mas Diar wikikikik
Iya bener sayang banget mas, karena kalau gak pas musim hujan airnya bagus banget loh mas..
Iya kudu mampir tuh ya ke goa pindul, hehehehehehehehehehehe 🙂
Hehehe selamat mencoba ya, mas Diar 😀
Okey ichaaa hehehehehe 🙂
gak sekalian mampir ke Purwokerto ada surga kecil disana 🙂 cek blognya Pungkyprayitno.com deh
Wah makasih referensinya, mak Lidya 🙂
Kemarin waktunya mepet mbak, tapi nanti coba mampir kesana ahhhh.
Pernah ke Purwokerto tapi gak jalan2 hehe
Meskipun tidak sampai finish namun sepertinya itu perjalanan ke goa pindul akan terus melekat dalam ingatan. coz ada kejadian heroik dari si kekasih 🙂
Hehehe kejadian yang serem tapi romantis itu mas 😀
“kami siap menghadapi derasnya air, kamu?
lha, sama pis, saya juga kuat kok menghadapi derasnya air hujan, bah, atau terjun sekalipun 🙂
tapiiiii, saya ga siap buat menghadpai setitik air mata dirinya yang sedang bersedih…
*gagal fokus, he he he
loh loh loh hayoo air mata siapa itu mas Roelly ? cie cieee #gagalfokusjuga
seru abis mbak! liburan ukk niru ahh~ hehe
Silahkan mbak Gisa 🙂 jangan kelewatan dari batu kecantikan yaa hihihi
Goa pindul unik banget, tapi memang kalo liburan ruaammeeenya minta ampun 😀
Iya mas, cuma aku pas sepi sih. Tapi giliran besoknya tumplek penuh banget mas, lihat di tv hehehe..
wiihhh jalan-jalan terus yaaa
hehe mau ikut kakak?