Ceritanya memang sudah lama, tapi tak ada kata terlambat untuk menuliskannya. Awal bulan lalu menjadi moment yang menakjubkan bagiku. Gimana gak, kapan lagi ke Lombok gratisan hahaha..
Diusung dari acara #LawyersGoHike #JusticeBackToNature rute kali ini adalah Gunung Rinjani. Acara dimulai dengan perkenalan layanan baru hukumonline yaitu justika.com kepada para anggota PERADI DPC Mataram. Kemudian acara dilanjutkan dengan mengadakan sebuah diskusi soal tanah bersama warga Desa Sembalun, dan charity di Rumah Belajar Sangkabira.
Malam ini adalah malam pertama kami (aku, mba Galuh, Acil, bang Jek, bang Ncay, dan mas Basuki) membaringkan badan di Desa Sembalun, tepatnya kami meminta izin untuk menginap di Rumah Belajar Sangkabira. Pemandangan malam yang indah bertabur bintang sungguh mampu mengalahkan ego kami untuk memejamkan mata. Alhasil sesi foto-foto pun tak dapat ditahan lagi. Jeprat-jepret sana-sini, menghilangkan rasa dingin yang amat besar.
Hari dimana kami akan mendaki pun tiba. Dengan wajah yang berseri dan masih kinclong ini, kami memantapkan niat untuk tiba di Pelawangan Sembalun, target tempat kami membentangkan tenda. Janjian di pos 1 dengan rekan-rekan kami lainnya yang ternyata sudah jauh lebih dulu menunggu kami disana sambil menyiapkan bekal nasi dengan daging rusa, wowww tapi ini bukan hasil buruan, beli lohhh hehe. Saat hari sudah gelap, kami belum kunjung sampai di tempat tujuan, dan kami masih harus berperang melawan ego melewati 7 Bukit Penyesalan.
Konon bukit ini sangat menguji kesabaran kita loh. Bukit yang terlihat seperti puncak, nyatanya bukanlah puncak dari bukit, melainkan ada bukit yang mengumpat lagi diatasnya, dan ini terdiri dari 7 tingkat. Untung saja ini malam hari, jadi kami tak melihat tinggi dan panjangnya jalan, sehingga gak terlalu capek.
Yesssss tiba di puncak ketujuh bukit ini, itulah Pelawangan Sembalun. Rekanku yang sudah lebih dulu sampai disana, sudah mendirikan tenda untuk beristirahat. Indahnya malam ini luar biasa. Gemerlap lampu yang dikalahlan oleh bintang, sungguh indah rasanya.
Saat mentari mulai mengintip dari balik awan, aku merasakan kenyamanan yang sangat besar. Karunia Tuhan yang tak terkalahkan. Sejuknya udara pagi, dinginnya embun yang hinggap di tendaku, serta hembusan suara angin yang mendamaikan suasana. Terdengar suara sapaan selamat pagi dari para pendaki lainnya. Suara klontang-klantong bunyi alat masak pun mulai meramaikan musik gunung pagi ini.
Perjalanan ini kami lanjutkan ke arah puncak Gunung Rinjani. Puncak yang indah dengan pemandangan danau Segara Anak ini mampu menghipnotis para pengunjung untuk berfoto-foto ria sepanjang jalan. Pasir keras menanjak yang menghiasi perjalanan kami ternyata gak menyurutkan niat untuk terus maju. Hampir puncak, cuaca berubah menjadi mendung, gerimis kecil pun memberhentikan perjalanan kami. Dua rekanku yang sudah lebih dulu tiba di puncak pun harus segera turun akibat amukan petir yang hampir menyambar mereka. Untungnya kami masih sempat mengabadikan moment perjalanan kami di puncak ini.
Katanya, “mendaki itu bukan soal seberapa tinggi puncak yang kamu gapai, tapi seberapa berharga perjalananmu dari awal hingga akhir”.
Ada yang bilang, “puncak itu bukan tujuan utama, itu hanya bonus, ibaratnya belanja, itulah hadiah yang kamu dapatkan”.
Ada juga yang bilang, “ketika sudah di puncak, jangan sombong melihat orang kecil yang ada di lembah, karena sebenarnya kita pun terlihat kecil di puncak saat dilihat dari lembah”.
Keindahan tak berhenti sampai disini, masih ada danau Segara Anak dengan limpahan ikannya. Masih ada juga air terjun air panas yang dapat kami nikmati untuk berendam memanjakan kaki dan badan. Sungguh ini gunung yang amat cantik. Dari mulai hingga akhir, tak ada tempat yang tak menarik untuk di abadikan.
Sayangnya, sepertinya gunung ini sudah beralih fungsi menjadi tempat wisata dan kurang terawat. Banyak sampah berserakan dan kotoran manusia bertebaran. Rasanya banyak para pengunjung yang tak benar-benar menyadari arti keindahan dan kebersihan. Semoga saja jika aku kesana lagi nanti, keadaannya tak sekotor penglihatanku kemarin.
waa, kamu kuat tracking sejauh itu cha? 😮
btw, ada gitu kotoran manusianya ya? soalnya aku blm pernah tracking gunung, uda sih tp cuma bukit yg tingginya cuma ratusan meter 😦
maaf baru bales, mas Nikitomi..
iya mungkin karena kemarin terlalu penuh pengunjungnya mas.. sebulan kemudian temenku kesana lagi, bersih kok katanya 😛
hayukkkk kita tracking bareng mas hehe
Rinjaniiiii, wuahhh masih berasa euforianya waktu kami ke sana, tapi kapok lewat sembalun, kehabisan minum di sana, cuma sayang banget di sembalun dan senaru tempat campnya banyak sampah dan bom
Iya memang mak, sampah dan bom nya luar biasa. Tapi kemarin temanku kesana katanya sudah lebih bersih. Mungkin karena musim liburan kali ya jadi membeludak gitu hihihi
Wahh keren banget.. 🙂
terima kasih mas 🙂