Percaya Gak Percaya, Asal Jangan Ganggu Ya!

IMG_4883

Kejadian ini mulai terasa setelah Magrib, di tanjakan 7 bukit penyesalan. Aku dan tim yang kala itu beristirahat di bukit ke tiga, sambil menikmati semangkuk mie instan rebus dan teh hangat. Canda tawa menemani kami selama beristirahat. Hingga sebelum melanjutkan perjalanan ke Pelawangan Sembalun untuk beristirahat, aku memutuskan untuk buang air kecil terlebih dulu di semak-semak.

Perjalanan pun kami mulai kembali, perlahan aku merasa langkahku semakin berat. Aku berpikir mungkin karena aku terlalu banyak makan dan minum air saat istirahat tadi. Lama-kelamaan pundakku semakin berat, dan tas carrier ukuran 60 liter ku pun terpaksa di oper ke temanku (lupa sih waktu itu di oper ke siapa). Hingga tiba di bukit kelima, langkahku semakin tidak beraturan, mudah capek, ku pikir ini karena aku terlalu lelah. Waktu istirahat yang tadinya kami sepakati hanya 5 menit, menjadi semakin bertambah, 10 menit, 15 menit, hingga setengah jam.

Kondisi ku pun semakin melemah, hingga tas day pack 20 literku terpaksa kembali di oper ke temanku yang lain, hingga aku tak membawa apapun selain sebotol air mineral. Tak berhenti disitu, aku mulai tertidur ketika beristirahat. Baru beberapa langkah saja aku merasa tak kuat dan terpaksa meminta tim untuk kembali beristirahat. Hingga aku pun kedinginan, aku masih berpikir dingin ini karena cuaca semakin malam kala itu. Padahal aku sudah menggunakan jaket berlapis-lapis untuk melawan dinginnya malam.

Hingga akhirnya aku dipisahkan jarak dari Mba Galuh, ya kala itu pendaki perempuan dalam tim kami memang hanya kami berdua. Aku berjalan didampingi oleh 2 orang laki-laki di depanku, dan 2 orang laki-laki dibelakangku. Aku semakin heran, apa yang terjadi padaku. Sampai salah satu rekan tim ku, Bang Razak, berkata “Icha, katanya Icha diikutin, makanya dipisahin sama Galuh biar tenaganya Galuh gak ikut diserap. Baca-baca aja ya, Cha, jangan bengong” begitulah pesannya. Aku yang kala itu sangat merasa lelah tak mampu berkata apapun selain “iya” seraya terus berdoa di dalam hati.

Akhirnya aku dan tim pun tiba di Pelawangan Sembalun, Gunung Rinjani, untuk beristirahat. Tak tahu apa yang terjadi malam itu, setelah kembali mengisi perut, aku pun langsung tertidur. Ketika mentari mulai muncul malu-malu, aku pun dibangunkan oleh temanku untuk menikmati pemandangan ini sambil berolah raga. Aku melihat satu orang dari tim ku, Om Edi, sedang membakar dupa sambil duduk di depan tendaku.

IMG_4795
Saat mentari pagi mulai menampakkan diri
IMG_5038
Sinar orange di selimuti awan (its my fav love :*)
IMG_4784
Suasana Pelawangan Sembalun (tempat kami bermalam)

“Om, gak tidur toh?” sapaku pagi ini.
“Ndak, Dek, aku begadang nih ngobrol semaleman” jawab Om Edi.
“Woalah, ngobrol sama siapa toh, Om?” tanyaku.
“Sama yang jagain kamu, yang suka sama kamu” jawabnya.

Aku pun bingung siapa orang yang dimaksud oleh Om Edi.

Berolahraga pagi dan menikmati roti bakar dan teh manis di ketinggian seperti ini memang hal yang paling aku rindukan. Ditambah dengan suara angin dan gumpalan awan di bawah kaki, wahhh membuatku betah dan tak ingin pulang rasanya.

Sebelum terik mentari semakin berkuasa, kami pun berlajan menuju puncak gunung Rinjani. Aku selalu ditemai Om Edi selama perjalanan. Beliau adalah seorang pendaki, salah satu orang yang menjaga jalur pendakian Gunung Arjuno via jalur Purwosari. Selama perjalanan menuju ke puncak, aku masih belum berani menanyakan siapa orang yang dimaksud oleh Om Edi. Aku pun menikmati indahnya pemandangan selama perjalanan ini. Hingga akhirnya beberapa menit sebelum puncak, kami memutuskan untuk beristirahat.

DSCF2131
Perjalanan menuju puncak Gunung Rinjani
IMG_4905
Sedikit lagi sampai puncak Gunung Rinjani

Saat istirahat ini kami semua sempat tidur-tiduran di luasnya tanah yang membentang di puncak. Hingga tiba-tiba gerimis kecil mulai turun satu persatu. Tiba-tiba petir menyambar di ujung puncak Gunung Rinjani, dan kami ingat bahwa 2 teman kami, Lucky dan Pur sudah lebih dulu menuju ke puncak sana, dan bisa jadi mereka berdua masih ada di puncak ketika petir menyambar. Serontak kami terbangun dari istirahat kami, dan berharap-harap cemas melihat tanda-tanda kehidupan dari puncak tersebut, karena kami takut kedua teman kami itu tersambar petir. Ada juga beberapa temanku yang memutuskan untuk menyusul ke puncak untuk memastikan Lucky dan Pur dalam keadaan baik-baik saja. Kemudian kami yang masih beristirahat diinstruksikan untuk menjauhi puncak dan mencari tempat berlindung. Syukurlah, terlihat gumpalan asap tanah dari hentakan sepatu, dan terlihat 2 titik mendekati kami, dan itulah teman kami.

“Petir diatas kepalaku toh” ucap temanku, Lucky.
“Yaampunnn untung kalian selamat, kita disini sudah harap-harap cemas takut kalian kenapa-kenapa” ucap temanku lagi yang lain.

Karena takut petir akan dating lagi, akhirnya kami memutuskan untuk menyudahi summit sampai disini saja, puncak bayangan, disitulah kami menyebutnya. Entah mengapa tiba-tiba badanku menjadi lemas, dan Om Edi memakaikanku syal jimat yang sudah diberi wewangian, dan seketika aku terjatuh, pingsan. Tak lama memang, hanya beberapa menit. Dalam keadaan pingsan itu aku menyadari dalam hati, namun tubuhku tak mampu berberak, dan aku tak mampu berbicara. Hingga akhirnya aku benar-benar sadar untuk beberapa menit kemudian, dan tenagaku mulai pulih perlahan. Inilah kejadian mistis yang ku alami. Berhenti sampai situ? Tidak, ada lagi kejadi mistis lain yang masih ku alami setelahnya.

IMG_4923
Aku (celana merah) pingsan saat yang lain sedang celebration

Seorang pendaki dari tim lain melirikku, dan berkata kepada Om Edi, “Om, itu cewe diikutin gitu gak apa? Dia (aku yang dimaksud) kuat?” Tanya lelaki dengan kaos hitam.”

“Gak apa, ini aku temenin, baik kok dia (yang mengikutiku), cuma mau jagain aja, cuma di adek (aku yang dimaksud) belum bisa terima roh nya jadi masih perang batin dan jadi lemes” jelas Om Edi.

Itulah percakapan mereka yang ku dengar. Hingga akhirnya aku bertanya kepada Om Edi, “Om, siapa sih yang ngikutin aku? Salah aku apa?”

Akhirnya Om Edi pun cerita :

Om Edi : “Ini loh, Dek, kamu diikutin sama Purti Anjani”
Aku : “Kenapa, Om? Aku salah apa? Dari kapan ngikutinnya? Apa karena aku pipis pas di 7 bukit penyesalan itu ya saat Magrib?”
Om Edi : “ Oh bukan, dari awal kita mulai pendakian disini, kamu sudah diikuti, kamu ndak salah, dia (Putri Anjani) hanya senang lihat kamu, dan dia mau jaga kamu katanya.”
Aku : “Oh jadi dia yang bikin aku lemes pegel gak berdaya banget ya, Om?”
Om Edi : “Ya, kira-kira begitu, itu karena roh kamu belum bisa terima dia nempelin kamu, jadi kamu lemes, istilahnya perang batin gitu deh.”
Aku : “Trus sampai kapan dia mau ikutin aku, Om? Aku capek, berat.”
Om Edi : “Ya gak tahu, suka-suka dia mau ikutin kamu sampai kapan, bisa jadi sampai kamu dirumah pun masih diikutin.”
Aku : “Loh aku gak mau diikutin dia, Om, suruh dia pergi, aku gak mau, lagi juga aku gak bisa kasih apa-apa ke dia.”
Om Edi : “Ya ndak bisa toh, Dek, aku ndak bisa usir dia, dia kuat sekali, lagian dia juga cuma ingin jagain kamu, dia seneng sama kamu. Dek, leluhurmu ada yang bisa (ilmu gaib) ya?”
Aku : “Hemmm gak tau pasti sih, Om, tapi yang aku tahu ya memang ada yang bisa (ilmu gaib)”
Om Edi : “Nah, itu jawabannya, Dek, leluhurmu ada yang bisa (ilmu gaib) mungkin ada serpihannya menurun ke kamu, ya meskipun ndak kamu pelajari. Tapi masalahnya Putri Anjani ini gak sembarangan ngikutin orang. Pyur karena dia (Putri Anjani) seneng sama kamu dan mau jagain kamu aja.”

Aku yang kala itu masih percaya gak percaya akhirnya hanya meng-iya-kan saja, dan perlahan rasa berat yang hinggap mulai memudar.

Tiba saat sore hampir Magrib lagi, aku kebelet buang air besar (maaf). Ketika di gunung, tak bisa sembarangan BAB, aku pun ditemani oleh Bang Satria mencari tempat aman untuk membuang kotoran ini. Hingga tiba di sebuah semak-semak yang tak dilalui pendaki lain, mulai mengorek tanah, dan membuang hajat. Sesaat setelah selesai, ada pendaki laki-laki berkata :

“loh ini mba nya yang tadi ketemu kan, ya?

Entah siapa dia, yang pasti aku baru bertemu dengannya saat itu, namun dia berkata sudah pernah bertemu denganku sebelumnya. Oh God, ada apa ini. Tapi ya sudahlah aku tak mau berpikiran yang aneh-aneh.

Tiba saat malam, dan kami sedang bermain kartu di dalam tenda.

“Duh aku laper” (padahal habis makan).
“Kamu laper toh, Dek?” tanya Om Edi.
“Iya, Om” jawabku.
“Sek yo (sebentar ya) aku bakar makananmu (dupa) dulu” jawab Om Edi sambil mengeluarkan persediaan dupanya dan membakarnya di depan tenda.

Sesaat setelah dupa itu habis, Om Edi bertanya :

“Kenyang toh, Dek?” tanyanya.
“Iya, aneh masa aku kenyang” jawabku yang kala itu tak memakan apapun.
“Yaiyalah kenyang, wong yang tadi laper itu si putri, bukan kamu” jegeeerrr berasa disamber gledek denger Om Edi ngomong begitu.

Singkat ceirita, sosok cantik jelita itu masih mengikutiku hingga aku dirumah. Hingga selama perjalan ada beberapa orang yang sepertinya bisa melihat hal gaib melirikku dengan aneh. Banyak orang yang memperhatikanku dengan tegas, dan mengkerutkan keningnya. Heran memang, tapi apalah dayaku, aku tak bisa berbuat apa-apa selain terus berdoa.

Saat dikantor, ada rekan kerjaku yang bisa melihat hal gaib, dan berkata kepadaku :
“Dia (Putri Anjani) lagi ada di samping lu tuh, tapi gw diliatin mulu sama dia. Dia gak suka gw liatin, kadang dia cantik, tapi kadang dia jadi nenek-nenek hahahahaa”

Pada suatu malam, kekasihku menjemput dan mengantarku pulang ke rumah, kami berpamitan seperti biasa. Aku pun menghampiri menutup pagar rumah, dan ketika itu wajah kekasihku mengerut kesal dan membentakku :
“Sini, buruan!” katanya sambil menyuruhku kembali menghampirinya, dan dia pun mengibas atas kepalaku.
“Kenapa?” tanyaku.
“Barusan dia (Putri Anjani) ada, muka kamu berubah, tapi jadi nenek-nenek, muka jeleknya dia (Putri Anjani) kali” ucap kekasihku mengakhiri percakapan kami malam itu.

Aku yang tak tahu harus berbuat apa, hanya bisa berdoa dan berharap Putri Anjani berhenti mengikutiku. Entah hingga saat ini dia masih ada atau tidak, yang pasti aku tak peduli. Mistis? Hemm pengalaman yang cukup mistis sih, tapi gak menakutkan. Namun kelebihan yang ku dapat saat ini adalah, aku bisa merasakan aura negative dari orang-orang jahat. Ketika seseorang memiliki sifat yang tak baik, hatiku bergejolak seolah ingin menjauh dan tak nyaman ada di dekatnya.

Lalu apa aku mempercayai hal itu? Yaaa diambil positifnya saja. Baiknya, aku jadi semakin berhati-hati sama orang. Hingga saat ini, aku pun tak tahu apakah Putri Anjani masih menjagaku atau tidak, dan aku tak pernah mencari tahu lagi akan hal itu. Bagiku, alam kami berbeda, biarlah aku hidup di alamku, dan dia hidup di alamnya. Jika dia dating mengujungiku, ya terima kasih sudah di kunjungi, tapi jangan ganggu aktivitasku dan orang-orang di sekitarku yaaa 😛

Kamu percaya cerita ini? Percaya atau gak percaya sih terserah kamu, karena aku pun demikian, percaya gak percaya.

IMG_5188
Khusus tim Lawyers Go Hike 2016 (Hukumonline) dalam perjalanan pulang melewati jalur Senaru

Baca juga : https://punyapista.com/2016/06/08/semoga-kembali-lagi-ke-rinjani/

Note : Kalau ceritanya ada yang gak sesuai, mohon maaf ya, harap maklum kejadiannya sudah lama sekali. Tadinya gak mau cerita karena berpikir ini gak penting. Tapi setelah ku pikir-pikir ya gak ada diceitakan saja sebelum aku semakin lupa 😛 hehehe

8 respons untuk ‘Percaya Gak Percaya, Asal Jangan Ganggu Ya!

  1. ahh serunya naik gunung…… suka iri kadang baca2 temen yg suka naek gunung… cape si tapi pas yampe puncak pasti senengnya bukan maenn…. ahaha ditunggu cerita selanjutnya

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s