Kebakaran lahan dan hutan menjadi problem klasik yang melanda Indonesia. Kerugian yang ditimbulkan juga tidak main-main. Oleh karena itu, upaya pencegahan perlu dilakukan. Inilah yang kini sedang dilaksanakan oleh Royal Golden Eagle dengan menggelar pogram Desa Bebas Api.
Royal Golden Eagle merasa terpanggil melakukannya karena tahu persis bahaya dan kerugian yang ditimbulkan oleh kebakaran lahan dan hutan. Selain itu, perusahaan yang dulu bernama Raja Garuda Mas ini memang sudah berkomitmen untuk aktif menjaga kelestarian alam sehingga ingin menghapuskan masalah tersebut.
Pemerintah Indonesia bukannya tak tahu dampak negatif kebakaran lahan dan hutan. Presiden Joko Widodo bahkan menyatakan negeri kita rugi triliunan rupiah akibat bencana tersebut. “Angka kerugian, saya ingatkan, kerugian dari 2015 tadi yang sudah saya sampaikan itu bukan angka yang kecil. Angka Rp220 triliun itu besar sekali,” ujarnya seperti dikutip dari Tribunnews.
Menurut Joko, angka yang sangat besar itu muncul karena beragam faktor. Pertama dari segi ekonomi. Banyak aktivitas perekonomian yang terkendala akibat kebakaran lahan dan hutan. Contoh paling sederhana adalah pembatalan penerbangan serta penutupan sejumlah perkantoran.
Kerugian itu masih ditambah faktor nonmaterial. Kesehatan rakyat terganggu akibat asap yang muncul. Biaya yang dibutuhkan untuk pemulihan kondisi dan masa produktif yang hilang jelas sangat besar. Belum lagi keanekaragaman hayati yang rusak. Harga hal ini malah nyaris tidak ternilai.
“Dampak yang lain adalah hilangnya habitat keragaman hayati kita. Ini juga dampak yang tidak bisa dihitung secara ekonomi. Besar sekali. hutan yang rusak diperkirakan 2,6 juta hektare, kemudian yang berkaitan dengan liburnya sekolah ini juga enggak bisa dihitung kerugian kita berapa,” tutur Presiden.
Royal Golden Eagle yang berkecimpung dalam pemanfaatan sumber daya alam sejatinya sudah tahu persis betapa besar kerugian yang muncul dari kebakaran lahan dan hutan. Hal ini pula yang membuat mereka sudah berinisiatif untuk mencegahnya sebelum Pemerintah Indonesia mulai serius memerangi sejak 2015.
Perusahaan yang dulu bernama Raja Garuda Mas ini telah lama memiliki program yang dinamai sebagai Desa Bebas Api. Dimulai sejak 2014, kegiatan ini ternyata sangat efektif dalam menekan jumlah kebakaran lahan dan hutan yang terjadi.
Mengapa hal itu bisa terjadi? Pasalnya, RGE melakukan terobosan dalam penanganan masalah kebakaran lahan dan hutan. Mereka menjalankan program yang bersifat antisipatif, sedangkan biasanya penanganan hutan dan lahan yang terbakar hanya reaktif dalam artian baru dilakukan ketika peristiwa sudah terjadi.
Desa Bebas Api dari RGE tidak seperti itu. Kegiatan ini malah mencegah supaya kebakaran lahan dan hutan tidak terjadi. Agar lebih efektif, Royal Golden Eagle menggandeng masyarakat sebagai mitra.
KEBIASAAN BURUK WARGA
Harus diakui, selain karena faktor iklim, kebakaran lahan dan hutan terjadi akibat tangan-tangan manusia. Kita sendiri yang membuat hutan terbakar. Salah satunya akibat kebiasaan buruk berupa pembukaan lahan dengan membakar.
Selama ini, rakyat di sekitar hutan biasa membuka lahan pertanian atau perkebunan baru dengan cara membakar. Langkah ini dirasa paling efisien dalam segi ekonomi maupun waktu. Pasalnya, tidak butuh biaya besar untuk melakukannya.
Padahal, ada risiko yang ada di baliknya. Ketika api sudah menjalar akan sulit dikendalikan. Akibatnya seringkali api membesar dan melahap sejumlah area lain. Tanpa ampun, api membakar apa saja mulai dari pepohonan dan fauna. Dari situlah kebakaran hutan dan lahan yang besar dimulai.
Royal Golden Eagle tahu persis tentang problem tersebut. Oleh karena itu, mereka merancang program Desa Bebas Api sedemikian rupa supaya cocok diterapkan secara konkrit di masyarakat.
Pada dasarnya, program ini adalah upaya RGE untuk menggandeng masyarakat untuk menjaga areanya dari bahaya kebakaran lahan dan hutan. Perusahaan yang dulu bernama Raja Garuda Mas ini rela memberi insentif mulai dari Rp50 juta hingga Rp100 juta ke sejumlah desa yang mampu menjaga areanya bebas dari kebakaran dalam satu tahun. Nanti, dana tersebut dapat dipakai oleh desa untuk pemberdayaan warganya.
Program Desa Bebas Api mulai diuji coba oleh Royal Golden Eagle pada 2014. Mereka akhirnya mulai melakukannya dengan menggandeng sejumlah desa pada 2015. Mulanya hanya ada sembilan desa yang berpatisipasi. Namun, saat ini sudah ada 20 desa yang ikut serta.
Hal itu bisa terjadi karena warga desa merasakan manfaatnya. Mereka dulu membakar hutan karena ingin membuka lahan baru. Namun, sejak ada Desa Bebas Api, masyarakat tidak melakukannya lagi. Pasalnya, Royal Golden Eagle juga memikirkan cara membantu warga dalam mengelola lahan.
RGE meminjamkan sejumlah alat berat untuk membuka lahan. Namun, ketika lahan sudah dibuka, RGE juga mengajari cara pengelolaannya dan menyediakan hal yang dibutuhkan. Ini merupakan langkah supaya warga tidak membuka lahan baru yang lain ketika ingin membuka kawasan pertanian.
Rupanya ini sangat efektif. Menurut data yang dipaparkan oleh Tribun Pekanbaru, kawasan yang mengikuti program Desa Bebas Api berhasil menurunkan tingkat kebakaran di wilayahnya antara 50 hingga 90 persen sejak 2015 hingga 2017.
MENGINSPIRASI PIHAK LAIN
Kesuksesan program Desa Bebas Api mulai terlihat nyata sejak 2016. Tingkat kebakaran hutan dan lahan menurun drastis. Bahkan, di beberapa wilayah yang berpartisipasi, tidak ada masalah lahan atau hutan yang terbakar sama sekali.
Hal ini rupanya membuat pihak lain merasa terpanggil untuk bergabung bersama dengan Royal Golden Eagle. Akibatnya ada lima perusahaan lain yang mengadopsi program Desa Bebas Api. Mereka akhirnya sepakat untuk menggulirkan kegiatan yang dinamai sebagai Fire Free Alliance (FFA).
Berdasarkan Laporan “Ulasan Anggota FFA 2016”, para anggota FFA telah berhasil memperluas jangkauan upaya pencegahan kebakaran ke 218 desa di sejumlah daerah di Indonesia. Di dalamnya termasuk 77 desa yang telah mendaftarkan diri ke FFA untuk terlibat dalam program Desa Bebas Api yang intensif pada tahun 2016.
Buah yang dipetik sangat menggembirakan. Terjadi peningkatan hingga 756% dalam jumlah desa yang berpartisipasi jika dibandingkan pada 2015. Ini berdampak positif bagi upaya menekan tingkat kebakaran hutan dan lahan. Pasalnya, program ini sudah mencakup kawasan seluas 600.000 hektare, dengan area yang mengalami kebakaran pada tahun 2016 hanya seluas 0,07 persen.
“Program ini akan berlanjut di tahun 2017 dengan sembilan desa baru telah terdaftar. Sementara itu, sembilan desa lainnya yang memasuki tahun ketiga akan menjadi “Masyarakat Tangguh Api’,” ungkap Direktur Royal Golden Eagle, Anderson Tanoto.
Perluasan kawasan yang “diamankan” dari kebakaran lahan dan hutan berkat program Desa Bebas Api memang menggembirakan. Ini merupakan langkah maju karena mencegah terjadinya bencana. Akibatnya kelangsungan hutan tetap terjaga.
Namun, bukan itu saja tujuan utama dari program Desa Bebas Api. Bagi Royal Golden Eagle yang terpenting adalah muncul kesadaran dari masyarakat untuk melindungi hutan. Ini yang tidak mudah untuk diwujudkan.
Meski begitu, RGE tidak menyerah. Grup yang dulu bernama Raja Garuda Mas ini terus konsisten untuk menggelar program Desa Bebas Api. Semua semata demi menjaga kelestarian alam agar terus terjaga sampai selamanya.