Selamat Jalan, Lee Kelinci Hebatku

Minggu ini adalah minggu yang indah bagi Lee, si kakek kelinci. Setidaknya aku berkata demikian untuk menghibur hati yang rasanya tak karuan. Yup, 21 Juni 2015, adalah hari terakhir Lee menikmati udara bebas. Hari itu adalah jadwalnya si kakek cukur bulu. Maklum kakek ganteng itu adalah kelinci ras Angora yang menyebabkan bulu nya cepat sekali panjang. Selain itu hobinya bermain air di wadah minuman, membuat bulu-bulunya itu cepat menggimbal.

Awalnya Lee dalam keadaan baik-baik saja. Sebelum memangkas bulunya, aku sempat membiarkan Lee dan Linka (kelinci betinaku) bermain di atas meja dan kursi teras rumah. Lee dan Linka berlarian dari kursi satu ke atas meja, kemudian ke kursi dua, dan begitu seterusnya. Susahnya membuat mereka diam dan berhenti berlarian. Sampai mereka capek, akhirnya aku berhasil mengambil foto mereka yang sedang kelelahan.

Jpeg

Jpeg
Beberapa Saat Sebelum Bulunya di Cukur

Sudah keasyikan main, tibalah waktunya mencukur bulu Lee. Seperti biasa, saat dicukur bulunya, Lee hanya diam saja. Anteng duduk di pangkuanku dan tak berdaya karena posisi tubuhnya terlentang. Habis mencukur setengah bagian di badannya, kami menyempatkan untuk berfoto dulu. Di foto itu Lee terlihat sangat semangat dan seperti ingin menciumku.

photo(3)

Di foto itu, Lee terlihat sangat sehat dan senang. Dia bersandar manja padaku dan berdiri tegak seolah ingin menciumku. Namun siapa sangka kalau itu adalah foto terakhir yang bisa Lee berikan untukku. Setelah sesi foto berakhir, aku melanjutkan lagi proses cukur bulu. Giliran mencukur bagian buntut, tiba-tiba Lee kejang-kejang sedikit. Awalnya aku kira dia ingin turun ke bawah dan sudah tak betah terlentang. Namun sayangnya bukan. Ketika aku meletakkannya ke bawah, Lee semakin kejang dan berteriak seperti bayi yang menangis.

Panik aku dibuatnya. Akhirnya aku pun pergi ditemani adikku (Yudhis), dan sepupu kecilku (Abhi), untuk mencari dokter hewan yang buka di hari Minggu. Sudah 3 tempat aku kunjungi namun dokter hewannya sedang tidak praktek. Maklum hari itu adalah hari Minggu. Akhirnya aku menelpon Andre (kekasihku) untuk mengantarkan aku ke dokter hewan di dekat rumahnya. Karena ingin cepat, akhirnya kami menggunakan motor. Seperti biasa Lee aku letakkan di dalam tas pengangkat, sambil aku gendong.

Mendengar suara motor Andre, Lee langsung terbangun dan tak lemas lagi. Bahkan seperti sedang tak sakit. Dia mencari-cari sumber suara motor itu. Maklum sewaktu Lee berumur 3 sampai 6 bulan, dia dirawat oleh Andre. Aku pun bertemu juga dengan adik kekasihku yang bernama Onang, dan dia juga turut andil dalam merawat Lee semasa kecilnya. Tak sabar rasanya Lee ingin keluar dari tas pengangkatnya. Setelah tas tersebut dibuka, Lee buru-buru keluar dari tas dan antusias menerima belaian tangan Andre dan Onang.

Karena aku takut terlalu lama dan Lee akan semakin sakit, akhirnya aku segera menarik Lee dari belaian tangan Onang. Lee pun terlihat marah dan mengigit ibu jariku hingga berdarah. Oh Tuhan, tak seperti ini Lee biasanya. Kenapa dia begitu kesal? aku pun heran.

Sesampainya kami di salah satu klinik, akhirnya Lee dapat ditangani, untung saja klinik yang satu ini buka. Selayaknya manusia, pasien seekor hewan pun di data terlebih dulu. Siapa nama pemiliknya, apa jenis hewannya, siapa nama hewannya, ras apa hewan itu, umur berapa si hewan, dan terakhir ditimbang berat badan hewannya. Itu lah yang dokter lakukan sebelum memeriksa Lee.

Lee terlihat lemas sekali. Kaki belakangnya tak dapat digerakkan lagi. Diduga otot kakinya melemah, sehingga tak mampu menopang tubuhnya yang gembul. Asisten dokter tersebut pun memeriksa keadaan Lee, takutnya ada urat atau bagian yang tergunting saat aku mencukur bulunya. Namun tak ada sayatan gunting yang menempel di kulit Lee. Jadi diagnosa bahwa otot Lee melemah semakin kuat. Lee pun diberi obat untuk menguatkan otot-ototnya.

“Ayo diminum dulu obatnya ya Lee”,

“Nah kan manis obatnya, gak pahit kan Lee”,

“Wah Lee pintar deh minum obatnya”,

“Cepat sembuh ya Lee” ocehan dokter cantik itu selagi menangani Lee.

Beliau memperlakukan Lee seperti sedang menangani anak kecil. Bukan hanya diam saja karena hewan tak dapat menjawab kata-katanya. Kemudian dokter memberikan saran jika sudah 2 hari tak ada perubahan, maka Lee harus segera di rontgen di salah satu rumah sakit. Ini adalah obat yang Lee harus minum selama masa perawatan. Obat ini harus diminum 2 kali dalam sehari, sebanyak 1,0 ml setiap kalinya.

photo(4)

Pengobatan pun selesai dan kami bergegas pulang. Entah kenapa Lee semakin melemah. Dia tak berdaya tidur di pelukanku. Aku pun tak sampai hati melihatnya. Karena hari sudah sore, aku harus mengembalikannya ke kandang dan bergegas untuk mandi. Setelah mandiku selesai, aku melongok Lee di kandangnya masih dalam keadaan lemas. Aku meninggalkannya sebentar untuk memposting salah satu tulisan di blog ku. Sampai setelah aku selesai mengupload satu tulisan, kakekku mengabarkan bahwa Lee sudah tiada lagi.

Sedih rasanya melihat Lee saat itu. Kakekku langsung menggalikan tanah untuk tempat tidur baru Lee, dan aku bergegas mencari kaos putih yang akan ku gunakan untuk membalut tubuhnya nanti. Tubuh Lee yang sudah kaku terus ku peluk dan ku cium. Rasa sedihku semakin membesar ketika aku melihat Linka pun menatapi kami sedih. Dia seolah menangis, terlihat ada kaca-kaca di matanya. Rasanya tak ingin melepaskan pelukanku kepada Lee, tak percaya bahwa Lee sudah pergi jauh. Namun apa mau diakata, tanah yang digali kakekku sudah dalam, dan Lee harus segera dimasukkan ke dalamnya.

Setelah pemakaman Lee selesai, aku menggendong Linka dan memberitahunya bahwa disitulah Lee beristirahat. Linka memandangi kuburan Lee dengan lemas. Mungkin jika Linka adalah manusia, dia akan melakukan hal yang sama denganku. Menangis dan tak percaya bahwa Lee sudah tiada. Ku perhatikan sejak Lee meninggal, Linka terlihat murung. Dia yang biasanya berlari-lari di kandang, kini hanya tiduran saja. Bahkan kotak makanan yang ada di dalam kandang pun hanya dia sentuh sedikit. Air minum yang ada di dalam botolpun hanya sedikit saja yang diminum.

Sepertinya Linka sangat kehilangan Lee. Bagaimana tidak, sudah setahun belakangan ini kandang Lee dan Linka aku satukan suapaya mereka tak kesepian. Ternyata kandang yang cukup luas itu sekarang hanya berisi Linka saja, dan sudah sepi dari suara candaan. Sudah 2 malam juga Linka menginap di kamarku, dia benar-benar terlihat murung. Selalu memepetku seolah menyuruhku untuk memeluknya. Matanya pun masih berkaca-kaca terkadang. Oh Linka, ikhlaskan lah Lee yang sudah tenang disana..

Sudah tak ada lagi yang memeluk Linka di dalam kandang. Tak ada lagi yang berlarian di dalam kandang dengan Linka.Tak ada lagi yang menggerogoti lantai kandang yang terbuat dari bambu. Tak ada lagi yang merusak kawat pintu kandang. Tak ada lagi yang mengganggu Linka saat makan. Dan tak ada lagi yang menjahili botol minum Linka saat dia sedang minum. Selamat jalan Lee, see you in another life. I Love u so much, and Linka too :* ..

Jpeg

12 respons untuk ‘Selamat Jalan, Lee Kelinci Hebatku

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s